Lembah Baliem ditemukan pada tanggal 21 Juni 1938 oleh ekspedisi zoologi ketiga melalui pesawat udara yang dipimpin oleh Richard Archbold untuk New Guinea. Letak geografis lembah tersebut berada disebelah selatan wilayah Jayapura. Lembah ini juga disebut Grand Baliem Valley, terletak di Desa Wosilimo, Wamena – Papua.
Berada dipegunungan Jayawijaya dan memiliki suhu antara 10 – 15 derajat celcius, karena berada diketinggian 1600 meter dari permukaan laut. Di Lembah Baliem ini bermukim Suku Dani, Suku Lani, dan Suku Yali, yang diperkirakan jumlah mereka sekitar 100.000 jiwa.
Awalnya Festival Lembah Baliem ini adalah berupa upacara tradisi yang bercerita tentang perang antar Suku Dani, Suku Lani, dan SukuYali, yang dituangkan dalam bentuk seni budaya. Jadi bukanlah merupakan perang yang sebenar – benarnya. Tujuannya untuk mengekspresikan rasa suka cita mereka atas kesuburan alam dan kesejahteraan masyarakatnya.
Namun kemudian upacara tersebut akhirnya dijadikan sebagai produk wisata dari Tanah Papua sejak tahun 1989, dengan sebutan Festival Lembah Baliem. Mengunjungi festival tersebut dijamin aman, karena tidak akan menimbulkan korban jiwa seperti dalam perang sungguhan.
Festival Lembah Baliem sudah menjadi agenda wisata tahunan yang diadakan setiap bulan Agustus sehingga bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Festifal ini degelar selama tiga hari berturut – turut.
Cerita perang dalam Festival Lembah Baliem ini juga berdasarkan skenario yang sangat menarik dan seru, karena berisikan tentang adegan pembunuhan antar suku, penculikan warga, bahkan penyerbuan atas ladang yang baru dibuka. Kemudian terjadilah aksi balas dendam melaui adegan penyerbuan antar suku tadi. Makna dari adegan ini mengandung nilai nilai positif dengan sebutan “Yogotak Hubuluk Motog Hanoro” yang berarti “Harapan Akan Hari Esok Yang Harus Lebih Baik dari Hari Ini”.
Festival Lembah Baliem dimeriahkan juga dengan tari - tarian, lagu - lagu, dan permainan musik yang semuanya khas Papua, bahkan memasak daging babi dibawah tanah.
Puncak acara dari Festival Lembah Baliem adalah setiap suku akan mengirim prajurit dan pasukan tempur terbaiknya untuk turun dalam arena perang. Mereka akan tampil dengan tanda – tanda kebesaran dari masing – masing suku, seperti:
- Koteka yang dipakai Suku Yali lebih panjang dan ramping yang diikatkan pada pinggang dengan menggunakan kulit rotan,
- Sementara koteka yang digunakan oleh Suku Dani ukurannya lebih kecil,
- Lain lagi dengan koteka yang dipakai Suku Lani ukurannya besar karena postur tubuh mereka yang juga lebih besar.
Untuk berkunjung ke festival ini sebaiknya ikut via travel, agar anda disediakan kebutuhan makan - minum tersendiri saat mengikuti Festival Lembah Baliem yang berlangsung selama tiga hari tersebut.
Pada festival ini juga banyak terdapat hasil kerajinan tangan khas Lembah Baliem yang dijual ke para pengunjung.
Beberapa tempat wisata dapat kita temui disekitar wilayah Wamena, diantaranya: mumi Kepala Desa Aikima yang telah berumur 250 tahun, ada juga mata air pegunungnan mengandung garam yang telah ada selama berabad – abad digunakan oleh masyarakat setempat, dan kunjungan ke desa tradisional Wauma.
Fasilitas penginapan bagi wisatawan sangat mudah ditemui di Wamena, mulai dari kelas standart sampai internasional semuanya ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar